Jakarta Jogja, Sat-set!

Kenapa judulnya Jakarta Jogja, Sat-set? Karena memang pergi ke dua tempat ini, buru-buru dikejar waktu. Segalanya dilakukan dengan super cepat. Sat-set. 

Ada penugasan dari kantor untuk mendampingi atasan menghadiri agenda di Jakarta dan Jogja. Infonya H-1 keberangkatan. Hari ini baru diinfo, besok langsung berangkat. 

Image source: marchelloka.com

Ke Jakarta dan Jogja hanya dalam waktu empat hari. Hari pertama dan terakhir adalah waktu perjalanan. Praktis di lokasi, hanya sehari-sehari. 

Berangkat Selasa menuju Jakarta. Rabu pagi kegiatan. Rabu sore off to Jogja. Kamis pagi, kegiatan. Jumat pagi sudah kembali pulang ke Samarinda. Luar biasa! 

Tapi Alhamdulillah, aku sangat menikmati perjalanan kali ini. Akhirnya ada Jakarta lagi, setelah Jakarta Kala Itu. ( Klik👉 di sini)


Semalam di Jakarta

Hanya ada waktu semalam di Jakarta, aku sempatkan untuk naik MRT. Terpenting! Karena aku ini, punya obsesi dengan kereta. 

Untungnya di Jakarta, ada tour guide gratis. Willy, junior di organisasi jaman kampus. 

Sebenarnya dulu sudah pernah nyobain naik MRT sekali. Tahun 2020. Saking pengennya nyobain naik MRT, ambil jalur pendek. Dari Dukuh Atas BNI ke Bundaran HI. Hanya 5 detik. 

Kali ini, nyobain lagi naik MRT dengan jalur yang lebih panjang. Dari Bundaran HI ke Bendungan Hilir . Karena kita mau makan di McD Plaza Sentral di daerah Setiabudi yang buka 24 jam. 

Di McD kami makan dan ngobrol sampe jam 1 malam. Banyak banget yang diobrolin. Soal kerjaan, cerita nostalgia jaman di organisasi, sampe ngomongin masa tua pengen tinggal dimana wkwkwk. 

Willy (kiri): Masa dia bilang aku selama di organisasi galak. Aku loh baik hati dan tidak sombong 🤣

Willy dan pekerjaannya adalah dream life ku dulu. Tinggal di kota besar, bekerja di bidang sesuai passion, hidup sendiri di tanah rantau, dan menikmati kesibukan kerja. 

Tapi itu dulu. Aku yang sekarang lebih memilih hidup tenang. Dengan pekerjaan yang work life balance. 

Bahkan kalau bisa memilih, ingin suatu saat nanti bisa bekerja di daerah yang sepi dengan kondisi alam yang nyaman. Misalnya di Maluku, Manado, atau Samosir, atau Atambua sekalian (hehe).  

Aku sepertinya bakal stress kalau bekerja di Jakarta. Kota yang super sibuk dan penuh ambisi. 

Keyakinanku diperkuat, saat pagi harinya. Jadi aku ditugaskan oleh atasan untuk menghadiri kegiatan dari KI Pusat di Hotel Pullman Jakarta. Sendirian. 

Di sana, ada pengumuman hasil Indeks KIP (Keterbukaan Informasi Publik) 2023 untuk seluruh provinsi. Sementara atasan and the whole team mengikuti kegiatan internal di tempat berbeda. 

Pergi ke Pullman, aku memilih naik ojek motor online dari Jakarta Pusat ke daerah Jakarta Barat. Macccceeeeeet! 

Mana panas, semua orang rasanya penuh emosi. Klakson beruntun. Driverku juga marah-marah ke pengguna jalan lain. Naik motor sudah seperti dikejar setan. Aku juga panik, karena memang sudah mepet waktu acara. Dan sempat salah hotel! Seharusnya di Pullman Central Park aku ke Pullman Thamrin. 

Rasanya tidak sanggup kalau harus menjalani kehectic-kan dan berkutat dengan macet setiap hari. 

Tapi Alhamdulillah semuanya right on schedule. Aku tetap datang tepat waktu di acara dan mengikuti sesi hingga selesai. 

Sorenya, langsung dijemput oleh bos dan Mba Intan (admin bos) untuk off to Jogja. 

Penerbangan domestik ke Jogja pukul 5 sore lewat terminal 2 Soekarno Hatta (Soetta). Masih bangunan lama yang ikonik. Dimana setiap aku melihat bangunan bandara Soetta yang ikonik ini, aku selalu terbayang adegan Cinta mengejar-ngejar Rangga di film AADC. Atau Tita mencari-cari Adit di film Eifel I'm in Love. 

Penerbangan menuju Jogja ternyata tidak sat-set. Pesawat delay hampir satu jam. Untung selama menunggu di gate, ketemu anak perempuan lucu bernama Fafa. Lumayan ada hiburan. 


Dua Malam di Jogja

Landing di Jogja, sekitar jam 7 malam. Hal menyenangkan pertama yang terjadi di Jogja adalah, NAIK KERETA! Yeay

Walau momen naik kereta itu, cukup menegangkan. Karena kami baru beli tiket di empat menit sebelum keberangkatan kereta. Saking buru-burunya, satu dari tiga tiket yang kami print, robek! 

Bersyukur satpam peron yang baik hati, tetap memperbolehkan kami bertiga masuk, meski tiketnya robek satu. 

Sampai peron, tinggal satu menit sebelum pintu kereta tertutup. Berlarilah kami sampai di kereta. Fyiuh, alhamdulillah sampai tekejar wkwkwk. 

Ngerasa bersalah juga sama bos yang rela lari-lari demi nurutin anak buahnya pengen naik kereta. (Kurang poin nih 😅) 

Setelah mengurus check-in hotel, aku dan Mba Intan makan di daerah sekitar hotel di kawasan Dagen. Kami memilih warung terdekat, karena kaki sudah lempoh habis lari-lari ngejar kereta. 

Begonya kami, keluar make sandal hotel yang setipis tisu. Jadi kaki tambah sakit kena kerikil jalanan. 

Menu makan malam pertama kami di Jogja, jatuh pada Gudeg. Walaupun sudah dapat rekomendasi gudeg terenak di Jogja katanya Gudeg Mak Tinah, kami hanya memilih warung gudeg random yang kami lewati. 

Aku memesan menu Burung Dara Goreng, Gudeg, dan Krecek. Sementara Mba Intan memilih menu Gudeg, Telur Bacem, dan Pete Goreng. Maknyussss langsung ludes karena kelaparan dan kehabisan energi habis lari-lari. 


 

Malamnya istirahat untuk persiapan agenda besok pagi. 

Paginya, meski agak telat aku sempatkan bersepeda di sekitaran hotel. Menyewa sepeda yang disediakan hotel, 50 ribu per jam. (Harusnya sepeda itu bisa jadi fasilitas hotel gratis buat para tamu ga si? >> Protesku dalam hati

Sebenarnya sudah niat jogging pagi sejak di Jakarta. Tapi karena suasana sekitar hotel Jakarta saat itu, kurang mendukung. Jadi ku urungkan niatku sampai di Jogja. 

Di Jogja karena nemu sepeda, ya memilih gowes daripada lari. Lari-lari cukup di stasiun kereta saja. Haha 

Karena hotel ada di sekitaran Malioboro, aku keliling bersepeda di sepanjang jalan itu. Menyenangkan sekali bersepeda pagi di pedestrian yang sangat terkenal se-seantero Jogja. 


Pagi itu, Malioboro sudah ramai dengan semua aktivitasnya. Baik oleh wisatawan yang berolahraga dan jalan-jalan, penjual jamu, penjual sarapan, tukang becak, dan tukang delman. 

Aku bersepeda lurus menyusuri pedestrian Malioboro. Sampai terhenti di Stasiun Tugu Jogja. Dan menonton kereta api lewat. Selalu ada sirine berbunyi sebagai pertanda kereta api akan melintas. Memang aku ini, norak sekali kalau lihat kereta api. 

Kembali ke hotel untuk mendampingi bos sebagai narasumber di suatu acara. Ternyata acara dimajukan dari jadwal awal jam 2 siang, ke jam 9 pagi. 

Mba Intan sudah panik menungguku selesai bersepeda. Lalu kami berdua (tanpa mandi) sat-set ganti baju dan hadir di acara. 

Acara selesai di siang hari. Di sini, kami sudah bebas sampai malam. Untungnya punya bos yang super mandiri. Jadi kami tidak perlu mendampingi sepanjang waktu. 

Siang itu aku dan Mba Intan memutuskan ke Pasar Gede Beringharjo. Aku memang ingin sekali ke sana setelah menonton film pendek, Tilik. Dimana ada dialog Bu Tedjo yang fenomenal. 

"Dadi wong ki sing solutif. Wes, ke Pasar Beringharjo wae," (Jadi orang tu yang solutif. Kita ke pasar Beringharjo aja) wkwkwk. Ga akan ngerti kalau kalian ga nonton filmnya. 

Link Film: 👉 Tilik

Pasar Beringharjo, luar biasa! Bersih dan nyaman. Bahkan ada eskalator di dalam pasar. Koleksi batik yang dijual, bejibun. Sampai aku yang awalnya tidak niat membeli apa-apa, akhirnya tidak bisa menahan diri untuk membeli batik. (Setan boros dalam diriku berkata: "Borong aja, kapan lagi ke Jogja? Duit bisa dicari lagi")


 

Dari pasar Beringharjo kami naik becak motor kembali ke hotel di kawasan Dagen. Sengaja memilih becak motor karena nda tega dengan pengayuhnya kalau naik becak sepeda. 

Ketawa terus selama naik becak. Karena maksa banget biar muat berdua.

Kenapa harus kembali ke hotel? Pertama untuk menaruh belanjaan yang cukup banyak. Dan kedua, aku harus mengetik berita lalu menyiapkan draft media cetak. Ingat, ke Jogja ini bekerja, bukan jalan-jalan. Jadi pekerjaan tetap harus diprioritaskan. 

Malam harinya, kami kembali eksplore Jogja. Sekaligus wisata kuliner untuk makan malam. Alhamdulillah punya travelmate yang akomodatif. Mba Intan mengikuti pilihan menu makan malamku. Dimana aku ingin makan Sate Klatak dan membeli Bleger plus Kopi Bia milik pasangan artis idolaku, Hanung Bramantyo dan Zaskia Adya Mecca. 


 

Ingin mencoba sate klatak juga karena menonton vlog mereka, The Bramantyo's. 

Setelah take away membeli Bleger dan kopi Kafe Mamahke di daerah Keraton, kami memutuskan makan Sate Klatak Pak Kasdi di daerah Malioboro. 

Sebenarnya, kalau membaca review, sate klatak yang terkenal adalah Sate Klatak Mak Adi dan Sate Klatak Pak Pong. Tapi keduanya tidak memungkinkan. Sate Klatak Mak Adi katanya sudah tutup setengah 9 malam. Dan Sate Klatak pak Pong selalu antre. Bisa sejam menunggu antrean. 

Jadi kami memilih Sate Klatak Pak Kasdi meski tidak sesuai rekomendasi. Yang penting sudah nyobain sate klatak. 

Sate klatak adalah sate kambing muda yang dibakar dengan ditusuk besi. Bukan ditusuk lidi seperti sate ayam pada umumnya. Lalu disajikan dengan kuah, bukan bumbu kacang. 

Satenya gurih dan kuahnya sedap asin. Karena ini sate kambing, mengunyahnya penuh effort. Rasanya sudah dikunyah 33 kali sesuai Sunnah Rasul, tapi tidak juga halus. 



 

Setelah makan sate klatak, kami naik becak lagi untuk keliling Malioboro. Petualangan Mba Intan mencari kain batik ternyata belum selesai. Kami keluar masuk toko batik di sepanjang jalan Malioboro. Di salah satu tokonya, ada toko klasik yang masih menjalankan tradisi kejawen, membakar dupa. Di dalam tokonya juga banyak patung-patung replika khas Jawa. 



 

Mba Intan yang lemah bulu, langsung merinding dan pindah ke toko lain. Aku mengikuti saja. Padahal aku suka bau kemenyannya wkwkkwk. 

Setelah selesai menemani mba Intan belanja, gantian Mba Intan yang menemaniku untuk hunting foto di Titik Nol Jogjakarta. Di depan gedung BNI 1946 yang jadi landmark Kota Jogja.

Meski sudah siap membawa kamera agar bisa foto-foto. Tetap saja kami tergiur menyewa jasa street photographer karena hasil foto mereka yang lebih bagus. 


 

Sampai tidak terasa sudah pukul 1 malam, baru kami putuskan pulang. Masih menggunakan jasa becak motor yang sudah kami sewa. Sudah selarut itu, kami masih saja receh sepanjang jalan. Karena rasanya becak motor yang kami naiki, selalu oleng saat menikung jalan. Seperti akan terpisah, antara motor dan gerobak becaknya.

Belum lagi di jalanan Jogja yang sempit, kami harus berbagi dengan delman yang lewat. Lalu bersebelahan dengan kuda yang mencicit. Dekat sekali bersebelahan. Sampai rasanya seperti akan disosor cocot kuda. 

Sampai hotel, kami langsung packing karena jam 6 pagi kami sudah harus check out dan pergi ke Stasiun Tugu naik kereta menuju bandara. Yeay, naik kereta lagi. 

Tapi kali ini, tidak perlu lari-lari karena sudah booking tiketnya secara online.  

Sepanjang perjalanan menuju bandara, aku berdiri di dekat pintu kereta untuk menikmati pemandangan. Karena sebelumnya, saat naik kereta di hari pertama kedatangan di Jogja, pas malam hari, aku tidak bisa menikmati pemandangan. Tidak tahu kereta berjalan maju atau mundur. 

Sepanjang jalan, aku berdiri di pinggir pintu untuk menatap keindahan Jogjakarta. Sawah, pohon, sungai. Semuanya dilalui rel kereta. Sampai aku berpikir, di masa tua nanti ingin punya rumah di pedesaan Jogjakarta yang dilalui rel kereta. Biar bisa menonton kereta lewat setiap hari. (Aneh memang) 



Petugas Facility Care kereta juga ku ajak mengobrol dan ku tanya-tanya soal kereta. Ternyata akses kereta - bandara ini baru tersedia setahun yang lalu. Bersamaan dengan pembangunan bandara baru, YIA (Yogyakarta International Airport). 

Kereta yang kami tumpangi, berjenis KRD (Kereta Rel Diesel) yang digerakkan oleh mesin diesel dan memiliki lima gerbong. Perjalanan dari stasiun tugu menuju YIA membutuhkan waktu 30 menit. Mampir sekali di Stasiun Wates. 

Good bye keretaku, semoga bisa naik lagi kapan-kapan. Ini sebenarnya bukan kali pertama naik kereta sih, dulu udah pernah (baca: Kereta Api Tuut..Tuut.. pardon, tulisannya yang acak adut dan sok-sok'an pake bahasa 'gue' baru kenal ama anak Jakarta kayanya waktu itu).
 Tapi tetep aja norak setiap naik kereta wkwkwk. 

Penerbangan kami, pukul 09.30 menuju Balikpapan. Alhamdulillah landing dengan selamat kembali ke Kalimantan Timur pukul 12 siang. 

Terima kasih Tuhan untuk anugerahnya bisa berpetualang di Jakarta - Jogja selama empat hari. Aku yang hobi traveling selalu menikmati setiap perjalanan meski dalam penugasan kerja. 


Cant wait for another trip!


Khajjar RV 


 


Share:

0 komentar