New Place, New Life

Halo, selamat pagi sobat-sobat online ku. Pembaca setia blog aku yang ga seberapa ini. Di usia yang semakin tua, dan makin jauh dari teman-teman. Menulis blog ini, punya tempat tersendiri. Dengan menulis, terus ada yang baca. Itu bagaikan bercerita ke temen dekat. Meski dengan skala yang berbeda. Jujur itu yang aku rasain, selama aku ngeblog. Walau pun, pada kenyataanya hampir setahunan blog ini, aku anggurin.
 
Kenapa? Karena selama 2020 kemarin aku struggle banget sama kerjaan. Kerja yang nuntut aku membuat report setiap hari. Sehingga setiap waktu harus berkutat dengan draft tulisan. Kalo harus ngeblog juga? Aku bisa gila. Bisa mabok tulisan. 
 
Disamping itu, aku juga ngerasa hidupku gitu-gitu aja. Ga ada hal yang menarik untuk diceritakan. Walau sebenarnya, cerita itu cuma butuh untuk disampaikan. Ga perlu layak atau engga. 
 
Dan aku yang kemarin, setahun yang lalu. Adalah aku yang penuh keluh kesah, hobi misuh-misuh. Suka sambat dan kurang syukur. Bakal jadi energi negatif kalo cerita-ceritaku pada masa itu, aku post di blog. Jadi aku putuskan, pada saat itu. Ga nulis blog dulu. 
 
Memasuki semester pertama 2021, struggle-nya masih sama. Hidup belum baik-baik saja. Tapi saat itu, aku sudah mulai punya rencana untuk mengambil langkah baru. Terutama soal kerjaan. 
 
Jadi aku udah rencanain, bakal stay dikerjaan sekarang, sampai beberapa bulan kedepan. Setelah itu, aku berencana untuk resign dan cari kerjaan baru. Tempat baru, suasana baru, dan orang-orang baru. Karena aku butuh me-refresh hidup aku. Yang aku rasa selama ini flat banget. 
 
Ternyata, sebelum aku memutuskan untuk resign. Kantor sudah lebih dulu meng-cut me off. Aku dirumahkan. Yah, seperti sektor usaha lain yang terdampak pandemi, begitu juga dengan kantor ku.
 
Tiba-tiba aku stress. Rencana yang udah aku susun, hancur berantakan. Emang paling bener yaa, rencana yang sukses adalah rencana yang tidak direncanakan. Dan, sematang apa pun manusia punya rencana, kalau ga sejalan sama kehendak Tuhan. Ya ga akan jalan. 
 
Dari situ aku cuma mencoba pasrah (untuk ga bilang menyerah). "Yaudah deh, bakal kemana rencana Tuhan, aku akan ikuti," 
 
Tapi ternyata, kantor masih baik hati untuk mempertahankan aku. Jadi mereka nawarin, untuk tetap stay di kerjaan. Tapi pindah penempatan ke daerah lain. Ke kantor manajemen di sana yang lebih stabil. 
 
Sebenarnya saat itu, aku masih punya opsi lain, untuk stay on the track aja direncana awal. Resign. Dan cari kerjaan baru. Tapi aku mikir lagi, aku gamau keluar dari kerjaan dengan kondisi aku yang sedang 'dirumahkan.' Even I hate this job, I don't wanna lose my job this way. 
 
Karena, seberapa pun aku tidak mencintai pekerjaan ini. Tapi bagaimana pun juga, ini adalah pekerjaan profesi pertama ku. Aku akan mengenang pekerjaan ini, sebagai tempat belajar terbaik. Kalau aku keluar dengan cara yang tidak menyenangkan, aku hanya akan mengenang pekerjaan ini dengan buruk.
 
Jadi aku putuskan untuk memperpanjang masa kerja ku di kantor ini. Dengan menerima tawaran pindah ke penempatan baru. Dan setelah aku pikir-pikir. Aku dapat semuanya yang memang aku mau. Tempat baru, suasana baru, dan orang-orang baru. Meski masih dibidang pekerjaan yang sama. 
 
Dan akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran pindah tugas ke daerah. Yakni ke kantor manajemen di Kalimantan Utara (Kaltara). Awalnya, aku akan ditempatkan di Berau, which is itu masih Kaltim. Tapi akhirnya, dengan beberapa pertimbangan aku ditempatkan di Tanjung Selor, Ibu Kota Provinsi Kaltara. 
 
I was so excited when I know I will go there, karena di sana selain ada Andes, aku akan dekat dengan teman-teman ku di Tarakan. 
 
Singkat cerita per 10 Juni kemarin, akhirnya aku berangkat ke Kaltara. Nginep semalam di Balikpapan buat perpisahan sama sepupu dan ipar. Mbak Nur dan Nabila. Dan terbang ke Berau Kamis pagi. 
 
Aku pikir aku memang sebahagia itu untuk memulai hidup ke tempat baru. Tapi kenyataanya, selama penerbangan di pesawat aku kalut juga. Tiba-tiba perasaan takut dan ragu menyergap hati ku. Muncul pertanyaan-pertanyaan, yang bahkan gabisa aku jawab. 
 
"Am I right? Is this the best choice that I choose? Could it be better there? Or even worse? Kalo homesick gimana? Kalo tiba-tiba pengen pulang gimana?" 
 
Mikirin itu sampe akhirnya aku nangis sepanjang penerbangan. Dan terpaksa pake kaca mata hitam pas landing di bandara. Malu kalo mata sembab kaya kodok. 
 
Di bandara untungnya dijemput sama bos dari kantor. Jadi ga ngenes-ngenes amat sendirian gatau apa-apa di tempat baru. And fortunately, Amel juga datengin ke bandara. Sempet lepas kangen sebentar dan lunch bareng. Diajak muter-muter Berau sebentar, terus akhirnya head to Tanjung Selor melalui perjalanan darat selama 3 jam.
 
Dimana selama perjalanan 3 jam itu, aku ngerasa bener-bener kaya norak banget memasuki pedalaman Kalimantan. Perjalanan yang ngeri-ngeri sedap. Karena sepanjang jalan yang kanan kiri hutan, ga ada signal, dan sempet ngelewatin tambang batu yang aku pikir kami nyasar ke planet lain. 
 
Akhirnya setelah sampai di Tanjung Selor, drop koper dan barang ke kos Andes. Terus diajak ke kantor manajemen di sana. Malamnya, diajak makan malem bareng Pak Dirut. Yang mana Pak Dirut ini ternyata adalah cucu dari pendiri pesantren tempat aku mondok dulu, jaman SMA di Balikpapan. Wow, world is so that smalllll. Aku jadi ngerasa, waaah match nih. Kayanya bener jalan hidup ku ke sini (insha Allah) Hehe. 
 
Setelah menginap di hotel semalam. Paginya, aku balik ke kos Andes. Di sini lah aku akan tinggal selama di Tanjung Selor. Sayangnya, kosnya kosong karena Andes lagi dinas di luar daerah. Jadi lah dua hari selama weekend aku sendirian dan homesick sendiri di kos. 
 
Senin, 14 Juni 2021 akhirnya aku memulai kerja hari pertama ku. Dan dilanjutkan dengan hari-hari berikutnya. Sampai gak terasa udah sebulan lebih berlalu. It's fast but not easy, even I think I'm quite good enough to adapt my life here. 
 
So far, aku ngerasa lebih damai sih di tempat ini. Karena mungkin, terbantu sama kondisi kotanya yang cenderung lebih sepi dari Samarinda. Good place for healing lah dari hiruk pikuk kota yang terlalu pengap. 
 
Aku juga tumbuh lebih positif dan punya ruang untuk bergerak. Dulu, di Samarinda rasanya hidup ku terlalu monoton dan ruang gerak yang sangat sempit. Pergi ke tempat baru, rasanya seperti menemukan cahaya setelah melewati lorong gelap. 
 
Aku ga berharap banyak apakah hidup akan lebih baik di tempat ini. Tapi aku berdoa, semoga aku bisa selalu merasa lebih damai dan bahagia dimana pun aku berada. 
 
 
Doa yang sama untuk kalian semua, 
 
Love,

Khajjar. R


Spot favorit menuju tempat kerja


Menuju Berau

Didatangin Amel di bandara :D

Ini Bos Kantor yang jemput + ngantar Berau - Bulungan



Ingin cari spot foto yang menggambarkan kalo aku di Kaltara. Ya ini! Cukup representatif



Share:

1 komentar

  1. Tes komen: Gimana yaa caranya bisa ngeblog tiap hari kaya Pak Dahlan?

    --Berhenti dulu jadi wartawan sayang. Selama masih jadi wartawan, nulisnya buat berita soalnya, wkwkwkwk

    ReplyDelete