DAHLAN ISKAN

  

Image source: JawaPos.com

Seperti judulnya, inti dari tulisan kali ini akan membahas tentang DAHLAN ISKAN. Lebih tepatnya, tentang bagaimana saya mengagumi sosok inspiratif, seorang Dahlan Iskan. 

Dan selama bertahun-tahun mengagumi beliau sebagai seorang tokoh idola, di tahun ini lah saya DINOTICE beliau, hehe. (Lucky fan)..... 

Tepat 1 Januari 2022, di awal tahun, jam 8 pagi, ada chat WA masuk. Nomor baru. Hanya dua baris, singkat, padat, dan jelas.

"Khajjar, Anda tinggal dimana? 
Salam, Dahlan Iskan."

Saya yang saat itu, masih dalam perjalanan dari Tanjung Selor - Samarinda, wajah kusut seperti zombie karena 20 jam melalui perjalanan darat di dalam mobil, baru bangun, langsung mengucek mata. Kesadaran langsung pulih 100 persen.  Karena tidak menyangka, mendapat wa dari seorang DAHLAN ISKAN....

Saya langsung merasa menjadi orang penting sekali karena di WA beliau. Dan hati rasanya saat itu, jadi tidak karuan - campur aduk. Tentu saja super bahagia, kegirangan, tapi juga nervous, deg-degan, dan bingung.

Apa saya mimpi? Saya harus jawab apa? Jawabnya bagaimana?

Bahkan saking girangnya saya, sebelum membalas chat beliau, saya melakukan ini, hal yang lebih penting! Men-screenshoot chat beliau dan memasangnya di Instagram story'.

Rasanya semua orang harus tahu, kalau saya dichat oleh DAHLAN ISKAN 🔥🔥

Ketika sudah sedikit berhasil menenangkan diri, baru lah saya membalas wa beliau. Sebenarnya saya tahu saja, beliau me-wa karena ada yang ingin ditanyakan tentang proyek KIPI (Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional/Kawasan Industri Hijau Indonesia-KIHI) di Kaltara. Beliau, memang sedang menulis tentang topik itu di Catatan Harian beliau, Disway.

Dan memang sudah jadi hal biasa, beliau akan menanyakan suatu informasi tertentu kepada wartawan di daerah. Saya yang memang bekerja sebagai wartawan di salah satu anak perusahaan dari grup media yang beliau pimpin, sedang mendapat giliran untuk memberikan informasi yang beliau butuhkan.

Tapi tetap saja, saya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan, betapa riang dan bangganya saya mendapat wa dari seorang DAHLAN ISKAN. Anda tidak akan memahami itu, kalau Anda tidak punya seorang idola.

Terkadang hal kecil bagi seseorang, bisa berarti besar bagi orang lain. Itu lah yang saya rasakan saat membuka wa beliau.

Cara beliau bertanya, dan menyebutkan nama saya dengan BENAR. "Khajjar," pakai K dan double J. Membuat saya tersentuh...

HAIL, SEORANG DAHLAN ISKAN, MENULIS NAMA SAYA DENGAN BENAR!

Hal yang jarang sekali terjadi, bagi orang baru yang mengenal saya. Biasanya nama saya pasti tertulis salah: Hajar, Hajrah, atau Hajah.

Dan saat beliau menuliskan identitas beliau di kalimat terakhir, "Salam, Dahlan Iskan." Itu lah kalimat yang paling mahal dari chat tersebut. Chat itu jadi tidak berharga, jika tanpa penyebutan identitas beliau.

Penyebutan salam dan identitas beliau di akhir kalimat itu, juga menjadi sebuah penghormatan sekali bagi penerima pesan. Beliau memang sangat tepat menempatkan diri.

Saat periode membalas pesan-pesan beliau itu, saya juga sambil belajar cara beliau bertanya dan mengulik informasi. Sungguh rasanya beruntung sekali, bisa belajar langsung dengan tokoh media nasional, bergelar Raja Koran dari Jawa Timur.

Beliau menanyakan topik terkait proyek KIPI di Kaltara. Tapi yang beliau tanyakan adalah hal kecil - sangat mendetail, yang pasti tidak terpikir oleh banyak orang.

Beliau menanyakan, usia pohon sawit yang ada di area KIPI. Sudah berapa tahun? Apa sudah panen? Dan bagaimana nasibnya? Apa akan ditebang? 

Hal yang hanya bisa dijawab oleh pemilik kebun. Jadi dengan malu saya menjawab:

"Tidak tahu, Abah....."

Di kesempatan itu, saya juga menyampaiakan aspirasi tentang keraguan saya terhadap proyek KIPI. Hal yang tidak bisa saya lakukan, karena seorang wartawan tidak boleh menuliskan pendapat pribadi di sebuah berita.

Saya mengadu begini:

"Kami warga Kalimantan ini, sudah biasa diiming-imingi proyek besar oleh pemerintah pusat. Yang akhirnya juga banyak yang tidak terealisasi. Contohnya saja, proyek kereta api di Kaltim, padahal sudah sampai digroundbreaking oleh presiden juga.

Yang terbaru, tentu saja KIPI dan IKN."

Lalu dijawab beliau, di dalam tulisan Disway dengan kalimat: Garibaldi Thohir jadi jaminan proyek ini bukan kaleng-kaleng. 

Baca di  Disway: Rejeki Boy

Disway: Pikul Baru 

Pak Dahlan, Anda Sudah Tahu, selalu mengangkat sisi humaniora seseorang. Jadi saya juga ditanya tentang latar belakang saya.

Seperti: Tinggal dimana? Suku apa? Orang tua asli mana? Dan background pendidikan.

Saya merasa sangat dihargai sekali. Seorang Dahlan Iskan mau tahu soal itu. Padahal orang yang saya sukai saja, mungkin tidak menyadari eksistensi saya di kehidupan ini. But, Pak Dahlan did!

Pak Dahlan Iskan adalah pengaruh besar bagi banyak orang. Terutama bagi kalangan wartawan. Beliau lah contoh terbaik menjadi wartawan sukses. Tidak hanya sukses karena berhasil menjadi pucuk pimpinan media besar. Tapi juga ibrah yang beliau ajarkan kepada generasi muda.

Bagaimana beliau berjuang dari nol, menjadi wartawan miskin di kota kecil. Lalu membesarkan media yang hampir bangkrut, sampai dinotice oleh presiden dan menjabat posisi strategis di kabinet.

Teladan terbaik sebagai tokoh wartawan, beliau juga masih aktif menulis sampai saat ini. Setiap hari. Membuktikan bahwa identitas sebagai jurnalis tidak pernah lepas lekat dari diri beliau.

Satu-satunya kebanggaan saya menjalani pekerjaan sebagai wartawan, juga karena Dahlan Iskan. Bangga sekali rasanya, bisa berada di dalam media yang beliau pimpin. Medianya Dahlan Iskan. Dinotice oleh beliau, adalah prestasi tertinggi dalam pekerjaan ini. 

Bapak saya juga pengagum Dahlan Iskan sejak dulu. Saya ingat sekali kata-kata Bapak saat saya minta dibelikan motor jaman kuliah dulu:

"Dahlan Iskan saja, sekolah tidak pakai sepatu bisa jadi menteri. Kamu belum apa-apa, sudah minta motor,"

Kisah Dahlan Iskan memang fenomenal sekali saat itu. Novel biografi beliau, Sepatu Dahlan menjadi best seller. Seluruh kisah hidupnya juga menarik. Terutama saat beliau menjalani transplantasi hati di Tiongkok.

Beliau juga jadi menteri paling menonjol di periode kedua masa kepemimpinan Presiden SBY. Seperti Bu Susi di era Jokowi.

Jadi saat saya menerima pesan dari Pak Dahlan itu, saya dengan bangga memberi tahu Bapak:

"Bapak harus bangga padaku, aku di WA Dahlan Iskan."

Begitu juga ke semua anggota keluarga lain.

"Mamak harus bangga padaku, aku di Wa Dahlan Iskan."

"Mba Luluk, harus bangga punya adek kaya aku, aku di WA Dahlan Iskan."

Itu seperti berkat pertama di tahun 2022. Yang akan menjadi bekal semangat menjalani kehidupan sepanjang tahun. Saya bahkan optimis, tahun 2022 ini akan menjadi tahun yang baik karena saya memulai dengan energi yang besar dari seorang Dahlan Iskan. 

Walau pun, baru beberapa bulan kemudian, saya sudah merasa luluh lantak menjalani hal yang berat sekali di tahun ini. Lalu saya membuka lagi room chat beliau. Untuk menyuntikkan kembali semangat itu.

"Ingat, bagaimana pun 2022 akan ku lalui, aku akan mengenangnya dengan baik. Karena tahun ini, aku dinotice DAHLAN ISKAN!!!"

Membaca tulisan pribadi beliau di laman Disway jadi bacaan favorit saya setiap hari. Termasuk tulisan anaknya Mas Azrul Ananda di Happy Wednesday.

Saya paling senang, kalau Pak Dahlan sudah menulis tentang politik. Rasanya seperti menerima informasi A1 dari istana.  Pak Dahlan tahu segalanya. Tokoh-tokoh politik yang ditulis, terasa menjadi karakter menarik dalam sebuah novel.

Semoga cita-cita Pak Dahlan untuk menulis sebuah novel bisa benar terwujud.  Supaya bisa membunuh siapa saja tanpa ditangkap polisi.

Salam,

Khajjar Rohmah

KIPI, 21 Desember 2021

 
Aku dirangkul 😭😭 (sampe lemes lututku tremor🤣🤣). Setelah sat set sat set, saingan sama ibu2 buat rebutan foto :D

Dua bulan setelah blog ini ditulis, Minggu 14 Agustus 2022, Alhamdulillah dapat kesempatan bertemu Abah Dahlan Iskan saat beliau 'pulang kampung' ke Samarinda. Hatur nuhun Abah, sehat selalu 🤗🤗


Share:

0 komentar