Love Story: Episode Pak Dadang dan Mbak Nurul


Halo, selamat malam, teman-teman!
Malam mini sepertinya bakal baper karna saya akan menulis tema yang sama seperti postingan sebelumnya: Jodoh dan Pernikahan. 

Karna saya baru dapat inspirasi lagi nih tentang jodoh, dari dosen yang menurut saya juga inspiratif untuk dijadikan sekuel "love story" di blog ini. Love story kali ini, datang dari Pak Dadang dan Mbak Nurul. Yeaayyyy 🙌🙌


***

Cerita dimulai, waktu Pak Dadang sedang ada di Prodi untuk ngerjain draft borang beliau Selasa (4 September) kemarin. Saya dan beberapa teman memang beberapa bulan ini sibuk membantu Prodi untuk persiapan akreditasi. Jadi tiap hari berada di Prodi dan bekerja bersama dosen-dosen sudah jadi rutinitas kami. Pak Dadang salah satunya. 

Pak Dadang ini adalah salah satu dosen muda di HI dan termasuk yang dekat dengan kami. Karena pernah satu delegasi waktu ke Roma 2016 lalu. 

Dulu, saat sibuk mengurus keberangkatan ke Roma, dan beberapa bulan pasca itu, kami masih intens bertemu dan aktif interaksi dalam grup chat. Tapi kemudian dua tahun terakhir ini, semua sudah sibuk masing-masing. Dan semua telah berkembang begitu cepat. Terutama Pak Dadang, yang saat ini sudah berkeluarga. Makanya kalau ada kesempatan bertemu, rasanya seperti ada banyak sekali yang ingin diceritakan. Dan memori kebersamaan dulu terasa secara alami terputar kembali.

Salah satu momen, waktu kami ngurus visa di Jakarta

Hari kedua di Rome, waktu jalan-jalan ke Colloseum

Nah, obrolan Selasa lalu di Prodi, awalnya kami hanya cerita random sampai akhirnya Pak Dadang bercerita tentang kisah ta’arufnya sebelum menikah dengan istri beliau sekarang, Mbak Nurul. 

Kami memang sudah sering dengar tentang ikhtiar Pak Dadang dalam mencari jodoh sejak tahun 2015. Dari yang suka sama sahabatnya, dijodohkan dengan seorang dokter gigi, sampai cinta bersemi tak bersatu ke delegasi dari Undip waktu MUN di Roma. 

Sampai akhirnya, masih dalam ikhtiar mencari jodoh, Pak Dadang umrah akhir 2016 lalu. Tuh guys, UMRAAAAAH. Kalau mau dapet jodoh tuh Umrah. 

Kita nih apa dah. Cuma bisa ngisak-ngisak di dinding masjid 😭😭.

Ini farewell dinner pas Pak Dadang mau pamitan umrah

Nah saat umrah itu lah, Pak Dadang ditawarin untuk ta'aruf oleh tantenya. Padahal Pak Dadang gak tau kan yang dijodohkan ke dia itu seperti apa.  Tapi Pak Dadang sudah lilla hi ta’ala berserah pada pilihan Allah. Karna jodoh adalah pilihan Tuhan.


"Janganlah sibuk memikirkan calon yang baik seperti apa, tetapi sibuk lah mempersiapkan diri dengan baik!"


Selama proses ta’aruf, Pak Dadang bolak-balik Samarinda-Balikpapan. Karena rumah calon istri di Balikpapan. Dalam proses ta’aruf, Pak Dadang menyiapkan visi-misi, menceritakan kekurangan dan kelebihan pribadi, karakter, tipe ideal, komitmen berumah tangga, cita-cita dalam berumah tangga dan lain sebagainya. Begitu juga sebaliknya dengan sang calon istri, Mbak Nurul. 

Jadi, gituu yaa, ternyata ta’arufan 🤔.

Itu aja belum tentu cocok kan, kalau gak cocok yaa gak lanjut. Mbak Nurul saja, kata Pak Dadang, sudah  dua kali ta’aruf sebelum bertemu dengan beliau. 

Mbak Nurul!

Proses ta’aruf Pak Dadang juga gak mulus. Untuk meyakinkan niat Pak Dadang, pihak keluarga Mbak Nurul minta Pak Dadang datang bersama orang tua. Sedangkan orang tua Pak Dadang gak mau datang kalau belum ada kepastian. Yah, beda pemahaman lah tentang hakikat ta’aruf.


“Kamu urus sendiri! Kalau sudah pasti, baru keluarga kita datang.” Kata Pak Dadang menirukan ucapan Bapaknya. 


Wess disitu saya ngebayangin heroiknya Pak Dadang meyakinkan dua keluarga dalam komitmennya untuk menikah. Karna menikah bukan hanya penyatuan dua orang. Tapi dua keluarga, dua kehidupan yang sangat berbeda.

Selama kurang lebih 7 bulan masa perkenalan sebelum menikah, Pak Dadang gak pernah loh chat langsung sama Mbak Nurul. Selalu lewat mediator, yaitu Tantenya Pak Dadang. Jadi Pak Dadang chat ke tantenya, terus nanti disampaikan ke Mbak Nurul. Wa gelassss sih, ribet yaa! Tapi itulah prinsip. 

Dan Pak Dadang adalah salah satu contoh nyata dari teori yang mengatakan bahwa: Jodoh itu dekat. Karena dulunya Pak Dadang dan Mbak Nurul ini satu almamater di Unmul. Pak Dadang HI FISIP 2007 dan Mbak Nurul Akuntansi FEB 2009. Jadi buat kita, mahasiswa Unmul, boleh lah yaa mulai lirik-lirik, mana tau jodoh. Hahay 😂!

Akhirnya pada 17 November 2017 Pak Dadang resmi menikah dengan Mbak Nurul. Kami pun kaget mendengarnya. Karena Pak Dadang yang kami kenal kan, yah, high class  level of life style lahPenampilannya tuh kalo ke kampus parlente banget coy, celananyaaa licin, lipatan setrikaannya tuh bisa pake ngiris tempe kali, terus suka pake jas, ala-ala international looking wkwkwk. Plus ngomongnya emang cas cis cus pake bahasa inggris. Terus denger Pak Dadang nikahnya ta’arufan. Oww its just like not HIM!

AKAD

Yah bisa dibilang Pak Dadang itu hijrah. Hijrah kan bukan berarti harus berubah total secara penampilan, pake celana cingkrang, bejenggot atau bebaju putih kemana-mana. Tapi lebih ke mengubah pola pikir dan gaya hidup yang lebih agamis. 

Saya kagum sekali loh sama Pak Dadang. Beliau sudah mapan sekali secara karir dan finansial. Tapi kemudian beliau tidak tinggi hati dan lupa diri. Bahkan beliau melepas jabatan prestisenya sebagai Sekretaris Rektor untuk fokus mengajar, lanjut S3 dan mengurus keluarga. 

Oh yaa, saat ini Pak Dadang dan istri sedang menunggu kelahiran buah hati pertama mereka yang sudah memasuki usia 8 bulan dalam kandungan. Kita doakan yaa, semoga Ibu dan bayinya diberi kesehatan sampai proses kelahiran nanti. 

Untuk mengenal Pak Dadang lebih jauh, silakan follow IG beliau https://www.instagram.com/dadangmujiono/?hl=id . Beliau suka bagi-bagi resep puding pake caption yang lucu-lucu. 



Okay, thats love story for tonite. 
Thanks for reading.
Bye bye


Khajjar. R

Share:

0 komentar