Behind the Big Names of Harvard World Model United Nations



Dear sahabatku

Hai, gengs apa kabar? Kaget yaa tiba-tiba gue posting foto di Eropa!? Jangankan kalian, gue aja kaget, rasanya masih gak percaya beneran ada di tanah Eropa. Tapi yang perlu kalian tau, perjuangan gue menuju kesana itu gak tiba-tiba. Maaf juga untuk kejarangan komunikasi kita selama ini, karena kesibukan rutinitas kuliah setiap hari. 

Jadi gue ke Eropa, tepatnya di Eropa Selatan, lebih tepatnya lagi di Ibukota Italy, Roma bukan sekedar pelesiran. Gue sebagai delegasi Unmul  untuk Harvard World Model United Nations (HWMUN). Mungkin kalian pernah denger Model United Nations (MUN), itu semacam simulasi sidang ala PBB, jadi setiap delegasi atau peserta hadir sebagai representasi suatu negara yang berperan sebagai diplomat dalam sebuah sidang komite PBB. 

Hampir seluruh Universitas di seluruh dunia bahkan di Indonesia sendiri, banyak yang  ngadain MUN, nah HWMUN itu yaa MUN juga cuma tingkat internasional yang diadain sama mahasiswa Harvard setiap tahun. Tahun lalu di Seoul lho, tahun depan denger-denger di Columbia, kali aja kalian berminat. Total delegasi Unmul ada tujuh orang, 5 mahasiswa sebagai delegasi dan 2 dosen sebagai Faculty Advisor. Acaranya sendiri ada 5 hari 14-18 Maret. (Baca di http://www.unmul.ac.id/read/news/2016/681/lima-mahasiswa-unmul-ini-ikuti-harvard-world-model-united-nations-.html)
Delegasi Unmul for Harvard World Model United Nations 2016

Lima kali sidang komite dan sisanya agenda –agenda yang lain kayak social event yang ke Vatican City ketemu Paus Francis, Global Village, kami pameran kerajinan khas Kaltim, sama Resolution Social Venture Challenge (RSVC) itu persentasi proyek social gitu. FYI kami masuk 19 besar loh. Proyek social kami ngangkat kebersihan untuk Sungai Karang Mumus gitu di Samarinda. (Baca selengkapnya di http://sketsaunmul.co/public/berita-kampus/mahasiswa-unmul-masuk-19-besar-proyek-sosial-internasional/baca)  sisanya party-party gak jelas gitu, dan kami gak ikut sama sekali untuk party, karena tiap malam pasti kecapean di komite seharian dan pulang pergi jalan kaki. 
 
Untuk proses kenapa gue bisa ikut MUN sendiri, apalagi yang sekelas Harvard kayak gini, gak ada yang special sih. Prosesnya dimulai ditahun 2015. Gue di ajakin sama dua temen gue (itu di bulan September), jadi yaa mereka berdua foundernya. Dan mereka berdua emang freak banget dikelas, study oriented tulen dan ambisius gila. Makanya bener kalo siapa kita itu tergantung dengan siapa kita berteman. Jadi mereka rekrut gue, dan gue langsung terima (siapa yang gak mau coba) kemudian ngajak dua temen gue lainya. 

Kita daftar di bulan November, itu sudah gelombang kedua, karena saat registrasi kita sudah harus bayar, dan kami nungggu beasiswa PPA cair dulu. Untungnya kita belima dapet beasiswa itu. Gue lupa berapa dolar pendaftranya, yang jelas sekitar 3jt rupiah. Semua proses registrasi dan representasi negara dan segala keperluan MUN lainya di ururs via internet, manajemen web mereka emang keren banget. Sementara itu delegasi gue sepanjang September-H-1 keberangkatan masih terus nyebar proposal dan cari dana. Dan kalian tau apa cobaan terbesar gue di tengah jalan? Tepat pada hari sumpah pemuda, 28 Oktober 2015, gue kemalingan di rumah. Laptop dan tas kuliah gue raib digondol maling. Padahal laptop gue baru beli di bulan Januari yang gue beli pake duit beasiswa, gak cukup sampai disitu, paspor gue ada didalam tas, kebayang nggak gue bisa gagal berangkat karena gak punya paspor.  
Tas gue yang hilang (tear)
 
Cuma ada temen yang membesarkan hati sih, Tuhan kan pasti membalas yang lebih baik, mungkin ini pertaruhan untuk keberangkatan gue ke Roma, lagian sejak gue ikut bedah bukunya Tere Liye di tahun 2014, gue sadar banget makna kehilangan. Bahwa kehilangan menyadarkan kita tak ada satupun yang kita miliki di dunia ini. Semua titipan.

Gue emang ambisius, tapi mudah legowo. But, bukan berarti berhenti berusaha, gue tetap ngurus paspor gue yang hilang ke kantor imigrasi, dan itu ribet banget gila., Dengan ancaman paspor gue gak bisa diterbitkan atau ditangguhkan enam bulan plus udah nangis-nangis di kantor polisi akhirnya dari November gue ngurus, Januari paspor gue bisa keluar. 

22 Januari kami ngurus visa ke Jakarta, Alhamdulillah gue dapet beasiswa kaltim Cemerlang, itu yang gue pake buat ngurus visa ke Jakarta (gitu enaknya kuliah di Kaltim). Kami bikin visa Schengen, artinya visa kami berlaku untuk memasuki seluruh negara di Eropa (yang meratifikasi perjanjian Schengen, karena gak semua negara meratifikasi itu contohnya Inggris). Biaya visanya  itu 60 Euro, hitung sendiri dikali 15 ribu rupiah, belum tiket pp Bpp-Jkt. Jadi untuk meminimalisir estimasi biaya, kita sehari aja di Jkt. Berangkat jam 6 pagi pulang jam 6 sore. Bayangin gue baru pertamakali ke ibukota negara kita, dan lari-lari dikejar waktu buat ngurus visa dalam sehari. 

Biar cuma sehari, sempetin ngeksis depan pagar Monas :D

Dan persyaratan ngurus visa itu ribet banget. Kita harus memenuhi persyaratanya dengan rinci. Kayak dinegara yang kita tuju kita mau ngapain, harus sudah punya bukti booking tiket pesawat dan hotel, harus punya asuransi, rekening tabungan lo berapa dan lain-lain. Untungnya kami punya invitation delegasi dari panitia kan, jadi kami daftar visa undangan resmi, bukan sebagai turis. 

Setelah pendaftaran visa, kita harus nunggu 2 minggu buat tahu visa kita disetujui atau nggak. Dan itu kemungkinanya fifty-fifty. Jadi kalau visa kami ditolak yaa, mau gak mau kami gagal berangkat dan biaya kurang lebih 3jt buat ngurus visa hangus gitu aja. Itu kejamnya ngurus visa, gila kan?!

Tapi Alhamdulillah banget visa kami bertujuh akhirnya diterima, dan ternyata bentuknya visa itu, seumur-umur gue baru tau, itu semacam sticker selebar sedikit lebih besar dari KTP yang ditempel didalam lembaran paspor kita. 

Akhirnya tanggal 10 Maret kita berangkat menuju Roma, penerbangan dari Singapore-Roma transit dua kali di Colombo, Srilanka dan Dubai. Bayangin guys, Dubai. Gue inget banget pas kelas XI atau XII dalam pelajaran Bahasa Inggris, guru gue pernah nanya, kita pengen kemana dan mau ngapain di negara tujuan kita?  Waktu itu gue jawab, gue pengen ke Dubai karna mall termegah di dunia ada disana. Dan akhirnya gue beneran ke Dubai, walaupun Cuma di bandaranya aja, at least itu juga Dubai. 

Kami naik Emirates, jangan tanya tiketnya berapa, bisa sekali ibadah umrah ke Mekah. Dan jangan kira juga kami banyak duit. Uang sponsor itu gak seberapa dan uang dari kampus belum bisa cair sebelum ada LPJ. Tapi mahalnya tiket pesawat kebayar sih sama fasilitasnya. Gue kira kan gue bakal bosen banget 6 jam perjalanan didalam pesawat. 2 jam Balikpapan-Jakarta aja gue kedinginan dalam pesawat.


 Tapi ternyata geng, penerbangan luar negeri itu asyik banget. Betah banget gue dalam pesawat. Setiap kursi ada bantal, selimut, headset plus monitor didepan kursi, bisa nonton film, main game dan dengerin music. Yang paling asyik, dapat makan. Kalo ngelewatin tiga kali waktu makan yaa lo dapet ketiganya, breakfast, lunch and dinner. Belum lagi mau ngemil apapun. Amazingnya lagi nuansa internasionalnya kerasa banget kan, cause everyone are speaking in English. Dan kebayang nggak di atas pesawat, kita itu ngelewatin Samudera Hindia, Pegunungan Everest, atau Bukit Sahara? Fa bi ayyi aalaa irobbikuma tukaddhiban.
 
Dan karena naik pesawat Arab, jadi ada dua bahasa arab dan English, sebelum terbang biasanya sang pilot juga selalu baca doa atau ayat al-quran. Allahuakbar. Yah walaupun pramugarinya gak berjilbab hehe.

Kami sampai di Eropa Sabtu siang 12 Maret, sedangkan conference baru hari senin. Jadi kami punya waktu 2 hari buat adaptasi, hapal jalan, dan jalan-jalan, haha. Minggunya, kami ke Coloseum, itudah yang gue posting pake jaket Kaizen. Kami tinggal di Hostel, jadi satu kamar muat kami bertujuh, kayak asrama gitu. Ada 8 bed dalam satu kamar. Untuk transportasi selama disana kami beli tiket yang disediain panitia, 30 dolar selama 5 hari untuk semua transportasi umum. Bus, metro, train, dan trem. Apa bedanya? Kalo metro itu kereta bawah tanah, kalo train, kereta api kayak di Indonesia, dan trem itu kereta listrik, ada jalurnya sendiri di atas jalan aspal. Itu asyiknya di Eropa, semua serba dinamis dan cepat, include transportasinya. Gue naik metro aja cepet banget, gimana rasanya naik Shinkanshen yaa, 

Terus, hari pertama conference. Baru registrasi, dan opening ceremony. Kalian tau berapa peserta dari seluruh dunia? 2.400 delegasi dari seluruh dunia dengan representasi sebagai negar-negara anggota perwakilan PBB. Delegasi kami sendiri dapat representasi negera Dominica, sebuah negara persemakmuran Inggris di Kepulauan Karibia dan Amerika Latin. Kami terbagi ke dalam 2 council dan 3 committee. 2 orang di Disarmamen and International Security Committee (DISEC) di General Assembly, 2 orang di World Conference on Women dan 1 orang di Community of Latin America and Carribean State (CELAC)  di Economic and Social Council and Regional Bodies (ECOSOC). Gue di World Conference On Women. 

Seru banget loo ketemu sama mahasiswa dari berbagai belahan dunia. Gue kira kan gue bakal terintimidasi sama mereka, karna mereka pasti bukan mahasiswa biasa. Mahasiswa yang ikut MUN itu terkenal adalah mahasiswa yang pinter, kaya, dan ambisius. Tapi ternyata nggak loh, mereka semua, semua. Ramah banget gila. Kita saling kenalan, basa-basi asal negara, and always find something interesting in each chat. Kayak kenalan gue dari Jerman, namanya Jam, dia ternyata bisa bahasa Indonesia karna pernah 4 bulan ikut short interchange di Universitas Udayana, Bali. Dan dia datang sebagai delegasi bareng pacarnya, so sweet gila. 
Bersama jam dan pacarnya

Lebih seru lagi kami ketemu beberapa mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri. Contohnya Kevin Muchtar, dia dari Jakarta dan lagi kuliah di Skotlandia, ikut MUN sebagai single delegate. Artinya tanpa tim. Gak seperti kami. 
Kevin yang paling kiri.
Sebenarnya kami merasa terintimidasi malah sama mahasiswa dari Indonesia sendiri. Terutama yang dari UI,Unpad, sama Undip. Gila kan jangan sampe kita kalah pintar dari mereka, walaupun unfortunately yes. Pantas aja sih sebenarnya, mereka sudah sering latihan karena di kampus mereka MUN sudah jadi UKM. Bahkan mereka juga ngadain MUN di univ mereka. Lah Unmul? Bisa berangkat aja mah udah syukur. 

Selama sidang dalam komite berjalan lancar sih, Cuma gue pribadi agak kesusahan memang dalam memahami isi sidang. Pertama karena semua orang ngomongnya cepet banget, apalagi di unmoderate caucus, gue harus ekstra fokus buat mahamin apa yang merka maksud. Dan pas nyusun working paper sama draft resolution, itu kita kayak nyusun pasal dalam sebuah perjanjian. Karena harus pake bahasa inggris yang formal banget, kayak addressed, calling for, affirming, dll.
But, so far gue nikmatin sih. Karena itu pengalaman baru buat gue. 

Yang paling berkesan diluar konferensi itu, dihari terakhir habis closing ceremony, Jumat 18 maret kami bareng seluruh delegasi dari Indonesia berkunjung  ke KBRI di Roma. Gila disitu, suasana cair banget. Kita semua jadi kayak acaraan keluarga besar dihari lebaran. Semua delegasi Indonesia yang sebelumnya agak gak ramah dan sedikit mengintimidasi dengan kepintaran mereka selama conference juga tiba-tiba berubah jadi akrab banget. Dan yang palin special, gua jadi perwakilan dari delegasi unmul yang ngomong lo didepan KBRI. 

Itu karena kebetulan, sebelum sesi ramah tamah di KBRI, kami kan pada sholat di musholanya. Terus gue ketemu beberapa bapak-bapak yang baru selesai sholat, dan ngobrol-ngobrol sedikit. Ada salah satu bapak yang sempet ngobrol akrab sama gue, dan gue gak mungkin nanya kan “bapak apa jabatanya disini?” pas dia Dubesnya kan mati gue. Jadi yaa ngobrol aja terus. Kemudian beliau duluan naik, dan gue baru mau sholat.

Pas masuk ke ruang KBRI untuk sesi ramah tamah itu, kaget gue ternyata bapak yang ketemu di musholla itu ternyata Wakil Dubes KBRI, Pak Des Alwi namanya, dia yang nyambut kedatangan kami. Jadi pas dia ngasih kesempatan setiap perwakilan universitas buat ngomong, dia nunjuk gue. How luck of me.



Habis itu makan-makan, menunya mie ayam. Daebakk, gue gak tau darimana itu dapat bumbu bisa bikin mie ayam di Eropa. Dan gue rasa itu mie ayam yang paling enak yang pernah gue makan. 


Besoknya, Sabtu 19 Maret, kami berangkat ke Jenewa, Swiss. Kan rugi ke Eropa, punya visa Schengen tapi gak kemana-mana. Jadi kami putuskan untuk ke Eropa karena banyak kantor-kantor perwakilan PBB disana. Perjalanan Roma-Jenewa bisa di tempuh by train atau pesawat. Kami naik pesawat. Gak ada yg istimewa sih di jenewa, kami Cuma semalam dan foto-foto didepan markas besar PBB, kantor UNHCR sama Red Cross. 
Di depan Markas Besar PBB, Jenewa Swiss
Terus balik ke Italy, sempat tidur semalam lagi dan balik ke Indonesia Senin 21 Maret. 2 hari perjalanan yang sama. Roma-Dubai-Singapore-Jakarta-Balikpapan dan touch down di Samarinda Rabu malam.
Selesai.

Maaf yaa panjang, abis gue gak tau kalau cerita harus mulai dari mana. Dan kalian kan tau, gue kan emang seneng kalo disuruh cerita. Lagian kalo ini cerita langsung, lisan, pasti gak nyampe 30 menit kok. Hehe

Cerita ini  gue ketik saat perjalanan pulang dari Dubai. Awalnya cuma buat dua sahabat gue yang penasaran gue bisa nyasar ke Europe, terus karena banyak yang minta forward, akhirnya gue post juga di blog. 
Semoga jadi motivasi semangat kalian yaa. Dan semoga kalian juga berkesempatan mengunjungi negara yang kalian inginkan.
Keep in touch on FB,Line or Instagram yaa.
Bye
Best,
Khajjar Rohmah

Share:

8 komentar

  1. Keren cerita, aku juga pernah ikut MUN tapi ke Jepang.
    Aku anak kaltim tapi kuliah di Cikarang, Jawa Barat.

    Di universitas aku juga ngadain MUN, mungkin nanti bisa di jadikan tujuan juga.
    Skala MUN kami juga Internasional. Bisa cek kesini http://presidentmun.com/

    Cheers

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Wah hebat nih anak Kaltim kuliah di President University, sukses yaa. Wah recommended juga nih MUN nya. Terimaksih yaa

    ReplyDelete
  4. Keren kak, Sukses, Memotivasi Banget, smoga bisa menginjakkan kaki di Roma juga. Aamiin.... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fathur, maaf banget saya baru baca komenmu. Ammiiiiiin Thur, ke Montreal buat hwmun tahun ini yaa. Sukses adik!!!

      Delete
  5. Wahh kayaknya perjuangannya berat sekali ya sebelum gue ketemu lo! selalu sukses ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Kevin, akhirnya lu baca juga :D, thanks vin. lu juga sukses kuliahnya di skotland. Jangan lupa rencana Juni mau ke Kalimantan harus jadi, dan kudu meet up. oke bro?

      Delete