CATATAN SKETSA: JADI GINI RASANYA DEMIS. . .


Beberapa minggu ini, saya akan nulis, kayaknya bakal banyak dan berjilid-jilid tentang Sketsa. Karena saya baru demis dari sana dan tulisan-tulisan ini nanti bakal disimpan sebagai kenangan. Bersama kenangan-kenangan lain yang tersimpan dalam berbagai jenis. Foto, video, dan memori dalam ingatan. Soalnya emang banyak banget kenangannya di sketsa. Udah 3 tahun saya disana. 

Saya jelasin dulu yaa apa itu Sketsa, jadi Sketsa itu adalah unit kegiatan mahasiswa (UKM) di kampus saya, yang bergerak dibidang jurnalistik dan pers. Nama resminya Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kritis dan Edukatif Mahasiswa Universitas Mulawarman disingkat LPM Sketsa Unmul. Ya, bisa dibilang pers atau media mahasiswa. Saya bergabung di sana sejak 2014 pas saya semester 3.

Kerjaan kita nulis berita seputaran kampus, kayak wartawan gitu. Nah, di Sketsa ini udah ada sistem yang kebangun bagus. Untuk ritme kerja, kita sangat professional. Dari rapat redaksi tiap minggu, kejar berita, deadline, reporter, fotografer, dan layouternya, semua professional. Tapi untuk hubungan internal, kami kekeluargaan banget. Emang ini yang membedakan UKM dengan ormawa (organisasi mahasiswa) lainnya. UKM memang asasnya kekeluargaan. Wajar kan kayak Imapa, Teater Yupa yang juga erat banget kekeluargannya. Karna UKM itu, sekali masuk sampe demis, paling kepengurusannya aja yang ganti tiap tahun.

Khusus ditulisan ini, saya mau cerita momen demisnya saya dari Sketsa. Jadi demisioner itu menurut KBBI adalah keadaan tanpa kekuasaan, misalnya suatu kabinet dan sebagainya yang telah mengembalikan mandat kepada kepala negara. Nah karena kata d-e-m-i-s-i-o-n-e-r itu kepanjangan, seterusnya kita singkat demis yaw. Saya diposisi itu sekarang setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban sebagai Ketua Umum periode 2017 pada 4 November dalam Mubes ke limanya Sketsa kemarin.

Seminggu sebelum demis,  adalah minggu yang hectic banget di Sketsa. Karena ngejar deadline majalah digital edisi 31 yang harus selesai sebelum Mubes, karena bakal masuk di Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) redaksi. Bener aja, kami Mubes Sabtu, majalah selesai Hari Jumat-nya dan baru di share Senin. Di minggu itu juga, Sketsa ikut lomba majalah indie gitu, untung menang. Karena kalo nggak, saya akan menjadi sangat merasa bersalah karena sudah membuat tim kerja rodi semalaman.

Sebelum Mubes juga, saya ngerasa emosional banget. Rasanya kayak hati saya gak tenang. Antara senang dan sedih. Saya ngerasa sudah capek sekali di Sketsa, dan rasanya demis akan menjadi waktu yang tenang untuk beristirahat. Tapi disisi yang bersamaan, saya juga sedih untuk meninggalkan semua yang berkaitan dengan Sketsa. Terutama aktivitasnya. Setiap hari saya ke Sekre (Sekretariat Sketsa). Adaaaa aja yang dikerjain. Sampe makan dan tidur di sana. Dan kalau seterusnya, saya ke kampus tanpa ke sekre kayaknya bakal flat banget.

Diem-diem saya berharap, seperti yang anggota harapkan; Mubes-nya mundur aja. Tapi ya akhirnya momen itu datang juga. Anggota pada ngegodain "Kak Khajjar nanti pasti nangis pas Mubes," saya gak tau kenapa mereka yakin banget saya bakal nangis. Ternyata bukan tanpa alasan, mereka emang udah nyiapin sesuatu buat bikin semua yang demis pada nangis. 

Nah pas mubes dari pagi sampe malam, sidang pleno 1,2,3 sih riang-riang aja. Ramai lancar. Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban BPI (Badan Pengurus Inti) di sidang pleno 2. Dan setelah LPJ kami diterima, kami dinyatakan demis. Saya masih riang disitu. Lega banget bahkan. Kerja selama setahun gak sia-sia dengan kata "telah terlaksana," di lembar LPJ. Nah malamnya, setelah rapat formatur dan penentuan BPI periode 2018, panitia Mubes ngasih surprise

Mereka atas inisiasi Kak Tebe, bikin video buat kami yang demis. Isinya mereka ngomong pesan kesan buat kami sambil nangis-nangis. Sedih lah pokoknya. Tapi karena teknis yang tidak mendukung, tampilan video yang sedih sekali itu tidak terdengar dan terlihat jelas. Apalagi pas bagian Amel yang ngomong, cuma keliatan air mata dan gigi dia aja. Saya yang biasanya gampang nangis juga gak nangis hebat malam itu. Sempat nangis bentar, bentar banget, karena liat Amel sama Monik nangis. Soalnya mereka berdua biasanya jarang nangis. Monik sampe sesenggukan kayak napasnya hampir hilang. Saya sempet khawatir, ini anak baru aja habis op name dari rumah sakit, tar dia pingsan lagi kebanyakan nangis. Tapi untungnya enggak.

Saya aja mikir, kok saya gak nangis yaa, padahal biasanya saya termasuk yang gampang nangis. Mungkin karena saya terlalu senang malam itu, karena akhirnya Wawal mau jadi Ketua Umum (Ketum) Sketsa, setelah sebelumnya dia kukuh menolak dan mau demis bersama kami. Terus pas Mubes selesai, banyak anggota pada nangis dan melukin kami-kami yang demis. Padahal biasanya yang nangis itu yang pada demis atau yang naik jadi Ketum. Wawal yang emang selalu riang, hanya senyum-senyum  sambil berdiri bolak-balik merhatiin anggota yang pada pelukan.(Sepertinya dia dalam posisi, yang tidak tau dan tidak bisa memeluk siapa pun)

Mubes selesai jam 1 malam. Jadi beberapa memutuskan untuk bermalam di Sekre. Saya emang udah ngerencanain bakal tidur di Sekre karena saya pikir bakal jadi malam terakhir untuk menginap di sana. Tiba-tiba saya dipanggil sama anggota 10, dan diajak nyepi ke lobby samping SC sebelah tangga. Saya udah khawatir, jangan-jangan ni anak pada mau nyatain diri mau keluar dari Sketsa. Seperti temen-temen mereka yang belum kuat komitmennya. Eh tapi ternyata mereka ngasih kado, katanya sih kado ultah sekligus kado perpisahan. Duh hai, , ,

Paginya, saya Amel, Meyeng, dan Monik jadi yang terakhir stay di Sekre. Itu kayak dejavu, karena setahun yang lalu, pasca Mubes, kami adalah orang yang sama yang bermalam sampe pagi di Sekre. Kami sarapan bareng, menunya roti gembong coklat, semangka, kopi, dan makaroni pedas. Menu apa pun jadi enak kalau dimakan rame-rame sambil ceritaan. Siang, sekitar dhuhur saya siap-siap pulang.

Saya langsung beres-beres Sekre dan bawa beberapa barang yang bisa saya bawa. Kayak orang dipecat dari kerjaan gitu. Saya bawa satu dokumen LPJ, karena itu itu yang merangkum kerja kami setahun ini. Sebenernya, ada sih sof file-nya, cuma lebih otentik aja sih rasanya yang cetak gitu. Terus, kotak buku Trilogi 5 Menara yang jadi doorprize PJTD. Kotaknya doang karena bukunya dah jadi doorprize. Itu penuh kenangan banget, karena buat dapetin tanda tangan penulis dan ngirim dari Medan-Samarinda itu penuh perjuangan. Walaupun alasan utama, karena saya ngefans sama penulisnya, A Fuadi. Jadi biar kata kotaknya doang, saya juga udah seneng.

Terus, satu foto sama anak-anak Sketsa pas menang lomba majalah indie di BI. Ada dua foto di sekre dan saya ambil satu. Untung pada gak protes, mungkin sih anak Sketsa mikirnya udah demis mah bebas. Mau bawa boneka anjing pink saya yang saya dapet dari murid pas KKN. Tapi karena saya ingat itu sering jadi bantal anak Sketsa kalo tiduran di Sekre, ya udahlah tinggal aja. Kenang-kenangan. Terakhir, yaa kado dari anak-anak semalam.

Hari-hari selanjutnya pasca Mubes dan demis adalah hari-hari terberat (uu alay). Saya ada di masa transisi dari yang sibuk banget di Sketsa dan jadi gak punya kerjaan selain hanya nungguin bimbingan skripsi sama dosen. Meskipun di depan anak-anak Sketsa, saya sok tegar dan bilang hidup saya akan kembali normal setelah demis. Normal maksudnya, setiap hari saya hanya akan pergi ke kampus, perpusatakaan, kantin, pulang tepat waktu, dan mandi lalu makan malam di rumah. Gak kayak pas masih di Sketsa, yang makan siang dan malamnya gak teratur, kadang di jamak. Pulang selalu di atas jam 10 malam dan gak pernah mandi sore dan makan malam di rumah.

Daan bener aja, satu minggu pasca mubes, saya selalu sudah di rumah ba'da magrib. Hal yang tidak pernah terjadi ketika saya masih di Sketsa. Ke kampus juga cuman ke FISIP, Prodi, Perpus, Kantin, warung makan, atau rumah temen. Hal menyedihkan lainnya yang menjadi tradisi setelah Mubes adalah keluar grup chat internal Sketsa di Line. Demisnya Sabtu, saya baru keluar grup itu Kamis, setelah selesai download ribuan foto di album grup. Rasanya berat sih, mau leave grup. Soalnya ternyata kalo udah left, grupnya bener-bener ilang dari chat list. Kecuali kalo di kick, tapi minta anak Sketsa pada nge-kick juga gak ada yang mau. Padahal kalau grupnya masih bisa dibuka, saya pengen aja bacain chat yang dulu-dulu. Bisa jadi hiburan kalo pas kangen.

Dan akhirnya saya left. Habis left, anak-anak pada japri (jalur pribadi/personal chat) sedih gitu. Duuh saya jadi ikutan baper juga kan malam itu. Baru kerasa sekarang sedihnya, gini banget yaa rasanya demis. Padahal saya pikir, mereka bakal seneng aja tuh, gak ada lagi orang di sekre dengan muka galak, kelewat jutek dan suka merintah kayak saya. Saya seneng denger mereka cerita langsung tentang saya. Saya kan gak bisa nilai saya sendiri yaa, mereka bilang saya itu diktator. Kata-kata yang sering keluar dari saya itu, "Saya gak mau tau yaa,// Hari ini harus selesai yaa,//" Kalo udah gitu saya ngerasa kejem banget jadi ketua.  Padahal maksudnya saya itu, biar ada penegasan sedikit, dan sesuai target. Dan alhamdulillah-nya anggota paham itu, mereka tau dimana posisi ketika kerja atau bercanda. Jadi ketika sedang kerja di bawah pressure saya yang begitu, mereka paham aja. Setahun ini terasa singkat. . . Semoga tahun-tahun berikutnya akan terasa sesingkat ini.Dan semoga saya, segera MOVE ON!

Officially Demis. . .

Sehabis penyampaian LPJ

Selesai Mubes
Kado dari anak-anak
Cuma dua, dan saya ambil satu

Box of memories

Adaptasi Wawal jadi Ketum dan saya yang demis


Snapgram Willy

Snapgram Fira yang repost dari Kiki

Habis left, diundang lagi. Mungkin maksudnya, biar grup Sketsa tetep ada di list grup saya. Maacih

Snapgram Ariani

Indeed,  (Snapgram Hilda)
Kita gak pisah guys, kita hanya bekerja dalam dimensi yang berbeda. Tetap berkarya di jalan masing-masing. (Photo design by Kiki)


Who always love you guys,

Khajjar R

Share:

0 komentar