First Time in Mahulu!
Hello everyone! Maaf banget nih aku baru berkesempatan menulis tentang trip aku ke Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu).
Padahal trip ini sudah lewat 6 bulan yang lalu, sekitar di akhir Januari 2024.
Sadar kalau ga akan bisa nulis di blog dalam waktu dekat, aku sudah mengumpulkan dokumentasi trip ini dalam medio story di Instagram dan postingan di Tiktok yang bisa aku buka kapan aja!
Untuk kembali mengenang keseruan trip ini, kumpulan storynya sudah aku Highlight di Bio Instagram hehe.
Pergi ke Mahulu adalah salah satu bucket list-ku sejak lama. Buat aku pribadi, Mahulu itu sama seperti Kubar (Kutai Barat). Aku ga akan bisa ke sana, kalau ga ada urusan.
Aku pertama kali ke Kubar aja untuk urusan KKN tahun 2016 lalu. Tanpa itu, mungkin aku ga akan punya kesempatan untuk ke Kubar.
Begitu juga dengan Mahulu ini, aku kayanya ga akan punya kesempatan ke sana kalau bukan karena urusan pekerjaan.
Kenapa aku pengen banget ke Mahulu? Pertama, karena Mahulu adalah satu-satunya dari 10 kabupaten/kota di Kaltim yang belum pernah aku kunjungi. Aku ga punya satu pun teman, apalagi kerabat yang bisa aku kunjungi di sana. Kondisi ini membuat peluang pergi ke Mahulu semakin kecil.
Kedua, Mahulu itu punya panorama alam yang luar biasa inddaaaahh bangettt. Rasanya representasi eksotisme alam Kalimantan Timur itu yaa Mahakam Ulu. Alamnya indah, lingkungannya hijau, sungainya deras, budayanya kental, semuanya ada di Mahakam Ulu. (Aseek, siap jadi Duta Mahulu)
Dan aku, sudah penasaran banget bisa liat Batu Dinding yang terkenal seseantero dunia itu. Kalau lihat video-video trip tentang Batu Dinding, selalu membatin "kapan yaa bisa ke sana?"
Kesempatan itu akhirnya datang di awal tahun 2024. Ada tugas dari kantor untuk meliput kunjungan pimpinan yang akan meresmikan Kantor Bupati di sana.
Diutuslah aku, berdua dengan rekan kantor, Mas Adding. Aku bersyukur sekali di trip pertamaku ke Mahulu ini, bisa dapet tandem yang super fun and chill seperti Mas Adding. Jadi perjalanan 'berat' kami tetap terasa menyenangkan.
Kata 'berat' ini bukan asal bunyi loh. Faktanya perjalanan menuju Mahulu ini memang berat banget. Melelahkan. Makanya ga semua orang mau diutus tugas ke sana wkwkwk.
Kita membutuhkan waktu sekitar 14 jam menuju Mahulu dengan rute darat dan sungai.
***
π Rabu, 24 Januari 2024
Kami berangkat jam 10 malam dari Samarinda melalui jalur darat menuju Pelabuhan Tering di Kutai Barat. Waktu tempuhnya sekitar 10 jam lewat jalan hauling batu bara.
πKamis, 25 Januari 2024
Kami sampai di Pelabuhan Tering, Kutai Barat, sekitar jam 8 pagi. Langsung lanjut naik speedboat menuju Ujoh Bilang, Mahakam Ulu. Dengan kapasitas kapal, sekitar 25 penumpang. Dan harga tiketnya dipatok Rp 450 ribu per orang. (Mahal kan?)
Sepanjang jalan menyusuri sungai itu, kita bisa lihat keindahan alam di pedalaman Kalimantan Timur. Ada kampung-kampung di bantaran sungai, ada hutan, ada aktivitas tambang batu bara, dan banyak lagi sisi kehidupan yang mungkin gapernah aku lihat di kehidupan sehari-hari.
Aku adalah orang yang suka meromantisasi setiap perjalanan. Makanya di sepanjang perjalanan di atas sungai itu, aku..... Ngelamun. (π )
![]() |
Melamun sambil memandangi alam π |
Perjalanan dari Kecamatan Tering ke Ujoh Bilang relatif ga terlalu lama. Hanya 4 jam aja. Sepanjang jalur sungainya pun relatif aman, belum menemui riam. Walau pun manuver speedboatnya juga tetap ngeri sih saat melalui kelok-kelok sungai. Apalagi saat momen menghindari hanyutan batang kayu di sungai atau saat terkena ombak dari kapal lain.
Hal yang paling berkesan dari perjalanan pertama kali ke Mahulu ini adalah, akhirnya aku bisa melihat THE WONDERFUL AND MAJESTIC BATU DINDING!
![]() |
Ya Allah mau nangiiissss. Akhirnya keindahan pesona Batu Dinding yang biasanya cuma aku lihat dari video-video trip bisa aku saksikan langsung. NYATA DI DEPAN MATA! ππ |
![]() |
Bener-bener mau nangisss banget saat itu. Baru melihat Batu Dinding. Gimana kalau liat Ka'bah yaa nanti (Amin Ya Allah). |
Just for information, Batu Dinding ini adalah sekumpulan bebatuan karst yang sudah terbentuk sejak ribuan tahun. Kumpulan karst ini terhampar sepanjang 800 meter dengan ketinggian hingga 100 meter.
Dari kejauhan, Batu Dinding ini tampak terlihat seperti tembok yang kokoh dan memagari Sungai Mahakam. Warga setempat percaya, di balik Batu Dinding ini ada sebuah goa yang ditempati oleh makam leluhur mereka. Magis kan?
Dokumentasi video batu dinding ini, aku post di Instagram pake backsound musiknya Games of Thrones haha. Keren banget. Berasa dalam negeri era-era kerajaan jugak!
Kami akhirnya sampai di Pelabuhan Ujoh Bilang. Kampung Ujoh Bilang ini adalah Ibu Kota Mahakam Ulu. Di sini lah pusat administrasi Kabupaten Mahakam Ulu.
Keren banget sih. Ujoh Bilang sudah seperti kota kecil di tengah-tengah pedalaman hulu Mahakam.
Bayangin aja, di kanan-kiri wilayahnya masih dikelilingi hutan. Posisi kampungnya juga ada di dataran tinggi bantaran hulu Sungai Mahakam. Tapi ada kehidupan modern di situ. Gokil sih.
![]() |
Suasana pagi di Kampung Ujoh Bilang. (Difoto dari balkon penginapan) |
Fasilitas di Kampung Ujoh Bilang udah termasuk modern karena sudah tersedia listrik 24 jam. Ada sinyal internet meski hanya Telkomsel. Banyak fasilitas penginapan yang memadai. Ada pasar dan banyak rumah makan untuk kebutuhan kuliner.
Bahkan ada coffee shop untuk kebutuhan nongki-nongki ala gen-Z juga loh! Canggih Mahakam Ulu.
Malamnya, aku dan Mas Adding sempet ngafe dengan naik motor yang kami sewa. Keliling kampung malam-malam ga pake helm udah kaya local people wkwkkwk.
Kami menginap di Penginapan Nur Jannah. Penginapan ini ada di tepian Sungai Mahakam jadi punya view balkon yang menghadap ke Sungai Mahakam! Eksotis.
Kondisi kamarnya juga bersih dan nyaman. Harga kamarnya mulai Rp 350-an aja per malam. Tinggal pilih mau yang ber-AC atau engga.
(Fix cita-citaku punya rumah di Mahulu).
πJumat, 26 Januari 2024
Hari H kegiatan, kami fokus di agenda. Yang paling aku ingat si, kami dinaikkan Hilux menuju lokasi kegiatan. Pulangnya kami naik mobil Satpol PP karena ga sabar nunggu Hiluxnya ready ngantar kami balik.
Untung aku ini, fleksibel dalam segala kondisi.
π Sabtu, 27 Januari 2024
Adalah waktu kepulangan kami ke Samarinda. Aku membujuk Mas Adding agar kita pulang naik Kapal Taksi aka Kapal Motor (KM) untuk milir ke Samarinda.
Kapan lagi kan, bisa ngerasain naik Kapal Motor begini. Lagian aku mikirnya, karena ini perjalanan pulang jadi ga perlu buru-buru. Toh besoknya masih hari Minggu. Masi libur, bukan jadwal masuk kantor. Jadi bisa lah...
Karena naik kapal motor seperti ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Dua hari Γ 1 malam. Padahal kalau naik speedboat dan jalur darat seperti saat keberangkatan kemarin, hanya butuh waktu 14 jam.
Tapi demi pengalaman baru, akhirnya aku berhasil membujuk Mas Adding buat naik Kapal Motor dalam perjalanan balik kami ke Samarinda.
Kelebihannya, biaya jauh lebih murah. Karena kami hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp 400 ribuan aja sudah sampai ke Samarinda. Juga hanya perlu satu jalur langsung sampai ke Kota Tepian. Tidak perlu turun naik berganti kendaraan.
Kami berangkat dari Ujoh Bilang pada Sabtu (27/1/2024) pukul 8 pagi. Sesuai jadwal, kapal yang membawa kami adalah KM Dayak Lestari. Kapal bersandar di Pelabuhan Ujoh Bilang untuk mengambil penumpang.
(Fun fact, ternyata KM Dayak Lestari ini kapal temenku dooong si Bulan. Sobat sekampus dan KKN bareng di Kubar dulu. Tau gitu kan bisa minta gratis! Hehe canda gratis).
FYI lagi, kapal motor seperti ini, memang masih mendenyut sebagai trasnportasi andalan warga untuk milir-mudik ke wilayah hulu dan hilir Sungai Mahakam. Selain mengangkut penumpang, kapal motor ini juga menjadi alternatif utama sebagai angkutan logistik bahan kebutuhan pokok dan sembako menuju wilayah perbatasan di Hulu Mahakam.
Kapal motor yang kami tumpangi, bertipe houseboat konstruksi kayu dengan ukuran panjang kali lebar 24Γ5 meter. Kapal ini dapat menampung kapasitas penumpang hingga 250 orang dan beban muatan sekitar 4 ton.
Kabin kapal terdiri dari dua dek. Dek bawah, diisi penumpang, barang, dan motor. Sementara, dek atas hanya diisi oleh penumpang. Dek atas juga disebut dek VIP karena disediakan tilam dan kipas angin bagi penumpang kapal.
Harga dek atas dibandrol sebesar Rp 440 ribu per orang. Sementara dek bawah sekitar Rp 390 ribu.
Kami memilih dek atas biar bisa istirahat selama perjalanan. Di dek atas didesain seperti dipan panjang berhadap-hadapan sepanjang kabin.
Hanya tersisa lorong kecil untuk berjalan di antara dipan.
Di bawah dipan, tersedia bagasi untuk menyimpan barang bawaan. Setiap dipan juga disediakan tilam ramping seukuran badan orang dewasa untuk berbaring. Sementara dinding kapal dek atas, tersedia kipas angin dan jendela untuk melihat area luar.
![]() |
Jendela kapal di dek atas |
Di dek atas, juga tersedia balkon yang bisa digunakan untuk bersantai menikmati keindahan alam selama perjalanan. (Ngelamun)
![]() |
Bengong di balkon |
Pas momen pulang, lalu melewati kawasan Batu Dinding lagi, rasanya seperti melewati gerbang perpisahan dengan Mahakam Ulu huhu. (Drama π₯Ή)
Kapal motor kami akan mampir di setiap pelabuhan yang ada di kampung-kampung sepanjang sungai untuk mengambil penumpang.
Beruntungnya saat itu, sedang musim durian. Jadi banyak durian yang dijual murah di setiap pelabuhan. Aku dan Mas Adding sepakat membeli beberapa ikat durian buat oleh-oleh rekan kantor.
Niatnya sih beli beberapa ikat aja. Tapi karena tiap pelabuhan berhenti, dan selalu ada yang jual durian. Duriannya juga beda-beda, kadang nemu lagi yang lebih besar. Di pemberhentian selanjutnya, nemu durian lagi yang lebih murah. Jadi rasanya hampir di setiap pelabuhan, kami beli duriannya. (βπ»π )
Sampai ga sadar, akhirnya kami membawa sembilan ikat durian. Satu ikatnya berisi lima sampai tujuh buah durian dengan harga sekitar Rp 50 ribuan aja. (OMG murraaah banget) bisa sudah kami jual durian di tepian wkwkwk.
Aku yang awalnya menikmati perjalanan di atas kapal kayu ini, lama-lama bosen juga yaa. Ya bayangin aja 30 jam perjalanan. Kerjaanya cuma makan, tidur, makan lagi, bengong di balkon.
![]() |
Beli soto di kantin kapal. Harga 25k |
Oiya, cerita uniknya si kondisi toiletnya yaa. Jadi toilet kapal yang digunakan untuk MCK itu, tanpa closet. Hanya lubang kayu di lantai kamar mandi yang pembuangannya langsung ke sungai. So natural, hehe meski agak culture shock.
Tapi lagi-lagi, karena aku adaptif. Fine aja si soal itu.
π Minggu, 28 Januari 2024
Setelah 30 jam perjalanan, akhirnya kami sampai juga di Samarinda. Melihat bangunan Big Mall dari tepian yang menjadi ikon kota ini, sedikit merasa terharu akhirnya perjalanan yang melelahkan ini, sampai juga.
Begitulah petualangan menyusuri sungai Mahakam dari hulu sampai ke hilir. Kaltim memang luar biasa! Perjalanan sungai 30 jam, selama itu tapi masih di intra Kaltim aja. Kalau ini di laut, mungkin aku sudah sampai Banda Neira haha.
Oiya, di Pelabuhan Samarinda aku tidak sengaja bertemu Bapak Zairin Zain. Salah satu tokoh Kaltim yang kini menjabat sebagai Ketua Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) Kaltim. Ternyata kami satu kapal, beliau naik dari Melak, Kubar.
![]() |
Mirip Pak SBY ga si? |
Well, semoga semakin banyak pejabat publik yang mau naik transportasi macam ini. Biar apa? Biar merakyat aja sih...
Pengalaman ke Mahulu ini mengingatkanku saat trip ke Desa Lumbis Pansiangan di perbatasan Kalimantan Utara (Kaltara) - Malaysia.
Setipe si perjalanannya. Lewat jalur sungai yang mendebarkan begini. Mana tau kalian mau baca, ini link-nya ππ».
Jalan-Jalan ke Lumbis Pansiangan
Selang dua bulan setelah perjalanan ini sebenernya aku ke Mahulu lagi. Tapi tetep aja, yang paling berkesan ya moment pertama kali dong!
Oke itu aja, cerita perjalananku ke Mahakam Ulu. Sampai jumpa di catatan Travelog selanjutnya.
Cheers π₯
Khajjar RV
![]() |
Salah satu view jalan raya di Mahakam Ulu. Indah banget keliatan Sungai dan hutan hijau sepanjang jalan |
![]() |
Kami diajak jalan-jalan ke Kampung Long Bagun sama Mba Helen |
![]() |
Sensasi makan duren di atas kapal |
![]() |
Mas Adding, sobat 'Siap Menderita' di setiap perjalanan π |
0 komentar