(Tanpa) Resolusi

(Tanpa) Resolusi

Hai…hai. Wah kangen sekali dengan blog ini. Rasanya sudah lama sekali tidak menulis blog.

Bagaimana kabarnya kawan-kawan? Bagaimana 2023 kalian? Sudah menjalani hampir sebulan di tahun 2023. Gimana, masih kuat? 

Bagaimana pun keadaan kalian, aku doakan kita semua diberi kekuatan dalam menjalani hari-hari kita. Hidup memang berjalan seperti ini. Kalau gak berat, ya berat banget.

Jadi meski hidup kadang tidak berjalan mudah, semoga kita selalu tumbuh semakin kuat. Semangat untuk para pejuang kehidupan di luar sana.... 💪🏻💪🏻

Sebelum menulis tentang 2023, aku mau mereview dulu tahun 2022-ku. 

2022 bukan tahun yang mudah buatku. Di awal tahun, stressful sekali. 

Mulai dari perkara resolusi 2021 yang tidak tercapai, masalah pekerjaan, berusaha survive sendirian di kampung orang, dan perjuangan melawan pikiran sendiri yang sangat mengganggu. 

Di pertengahan tahun 2022, aku berusaha tegas mengambil keputusan. Melepas hal yang tidak membahagiakan dan merapikan jalan hidup akibat kegagalan resolusi di 2021. 

Tengah tahun 2022, aku memutuskan pindah kerja. Sisa tahun berikutnya, aku fokus menjalani rutinitas di tempat kerja baru...... And here it is, tiba-tiba sudah menjalani tahun baru. 2023. 

Di tahun 2023 ini, tentu aku masih punya resolusi. Mau di bawa kemana hidup tanpa resolusi?

Pict by Freepik.com

Tapi resolusiku tahun ini, lebih kepada hal-hal simpel yang bisa aku lakukan dengan diriku sendiri. Tidak lagi resolusi penuh ambisi yang berada di luar kuasaku.

Misal, di 2021 lalu resolusiku adalah punya pekerjaan yang stabil. Eh ternyata, boro-boro stabil, aku malah dipindahkan ke kantor manajemen di seberang provinsi yang aku pikir akan lebih baik. Ternyata, tidak juga.

Dari situ aku sadar, pekerjaan itu kan rezeki. Rezeki itu, Tuhan yang atur. Itu di luar kuasa kita. Jadi urusan rezeki, biarlah itu menjadi kuasa Tuhan. Aku hanya akan fokus dengan hal yang ada dalam kuasaku sendiri.

Jadi resolusiku tahun ini, hanya akan menjalani hidup dengan baik. Mensyukuri apa yang aku terima dan bersabar akan apa yang belum tercapai. 

Hidup akan terasa jauh lebih ringan jika kita memandangnya dengan sederhana.

Ngomong-ngomong soal resolusi, rasanya aku baru berpikir soal punya resolusi ini, saat memasuki usia dewasa. Saat era sekolah dulu, rasanya aku tidak pernah punya resolusi. 

Hidup sudah teratur dengan kurikulum sekolah. Belajar, ujian, naik kelas, belajar lagi, dan seterusnya. Kangen sekali menjalani hidup tanpa resolusi. 

Pun soal prestasi di kelas juga tidak pernah jadi resolusiku. Tahun ini rangking 1, tahun depan ranking 2, lalu turun rangking 5, ya ku terima saja seolah memang sudah seharusnya begitu. Tidak ada ambisi, harus rangking 1 lagi atau bertahan di rangking 2. 

Aku baru punya resolusi saat kuliah. Karena terbakar semangat motivator dan senior-senior kampus yang keren-keren. 

Saat maba dulu, kami diperlihatkan video motivasi tentang 100 mimpi. Rasanya itu jadi video wajib yang dipertontonkan untuk para maba setiap tahunnya. Jadi kita diajak untuk menulis tentang apa 100 mimpi kita. 

Ikutlah aku, menulis daftar mimpi-mimpiku di buku. Rasanya tidak sampai 100, dan sebagian besar memang terwujud. 

Fase kehidupan di kampus memang penuh energi positif. Rasanya aku ingin kembali ke masa itu, dimana semua hal terasa menyenangkan dan dipenuhi dengan orang-orang bijak yang bisa menjadi panutan. 

Di kehidupan sekarang, ingin membawa semangat membara seperti jaman kuliah dulu, tapi rasanya syulit sekali. Jangankan menulis 100 mimpi. Satu keinginan gagal saja, sudah kapok. 

Tapi aku ingat petuah Pak Dahlan: 

"Kalau semua yang kamu inginkan segera terwujud, lantas dimana letak sabar dan perjuangannya?" 

Jadi ya, mimpi boleh saja gagal. Sabar dan berjuang yang tidak boleh padam. 🔥🔥


Semangat Membara 2023! 🔥🔥


Khajjar RV 






 

Share:

0 komentar